Loko Tua Itu Beroperasi Lagi

...

suara merdeka

Rabu, 19 Desember 2007


SETELAH beberapa waktu tidak beroperasi, loko kereta api dengan tenaga uap buatan tahun 1928 mulai Minggu (16/12) lalu beroperasi lagi, dalam paket loko tour di Perhutani KPH Cepu. Pelan tapi pasti, loko tua itu merangkak di atas rel yang usianya tidak kalah tua, yakni buatan tahun 1915.

Meski sudah berusia cukup tua, sama sekali tidak tampak kesan barang itu akan membahayakan bagi orang yang menumpanginya. Tentu, dari sisi teknis sudah diperhitungkan masak-masak.


Termasuk perawatan rutin yang terus dilakukan dengan biaya yang tidak murah. Paket wisata di Cepu tersebut, selama ini memang cukup ampuh untuk mempromosikan Blora di mata negara-negara luar. Selama ini, paket wisata loko tour itu kebanyakan menjadi langganan para turis mancanegara, seperti Belanda, Amerika, Ingris dan beberapa negara luar lainnya.


Menurut Humas Perhutani KPH Cepu, Murdijatno, setelah lama ''tidur'', launching perdana wisata loko uap yang dikelola KPH Cepu itu terwujud berkat kerja sama antara Perum Perhutani Unit I Jateng - KPH Cepu dan PT Palawi.

Diharapkan, dengan beroperasinya loko tour itu, satu-satunya saranan wisata alam yang dimiliki Blora itu akan bisa hidup kembali. Jika saja terealisasi, fungsi sebagai sarana memperkenalkan Blora kepada dunia luar akan bisa efektif kembali.

Bagi peserta paket wisata loko tour, sepanjang perjalanan akan disuguhi pemandangan berupa hamparan hutan jati. Tahap awal, kegiatan pengisian air (Bergojo) akan cukup menjadi suguhan menarik bagi para peserta tur. Dilanjutkan perjalanan melewati jembatan ''Bruk Brosot'', berikut paket aktivitas penanaman jati.

Terakhir, suguhan suasana hutan jati alam (tua) di Gubug Payung, benar-benar menjadi daya tarik bagi setiap peserta. Tidak ketinggalan, di lokasi Gubug Payung ini, merupakan suatu kelaziman adalah suguhan seni tradisional Blora, yakni seni langen tayub.


Mudah Dicari

Untuk menuju ke lokasi wisata ini tidaklah sulit. Lokasinya mudah dicari dan bisa ditempuh dengan kendaraan roda empat, ataupun dengan kereta api lintas Jakarta-Semarang-Surabaya. Peserta akan diantar berkeliling hutan jati dengan naik gerbong yang ditarik oleh lokomotif tua buatan Berlier Maschinenbau, Jerman tahun 1928. Bengkel Traksi merupakan stasiun awal perjalanan paket wisata loko tour. Lokasinya di Kantor KPH Cepu, dari lokasi ini wisatawan akan dibawa keliling melintasi hutan jati.

Begitu perjalanan menempuh jarak 2 km, penumpang dibawa ke hamparan kayu jati di Tempat Penimbunan Kayu (TPK) Batokan. Tidak jauh dari lokasi ini, peserta dapat melihat Industri Pengolahan Kayu Jati (IPJK) Cepu.

Di tempat ini, dapat dilihat proses pembuatan berbagai jenis furnitur, di antaranya pintu dan berbagai macam daun pintu, dan sejumlah barang furnitur lainnya yang diproses dengan mesin modern. Tidak hanya melihat, melainkan orang bisa melakukan transaksi.

Sejumlah paket wisata hutan jati bisa dinikmati, mulai dari pola tradisional pengelolaan hutan Jati. Mulai dari pengembangbiakan pohon jati melalui stek pucuk, kultur jaringan, dan kebun benih klonal. Termasuk penebangan manual oleh para blandong, sebutan umum bagi para pekerja tebang yang tinggal di desa sekitar hutan menggunakan kapak atau gergaji. Tidak ketinggalan, pola pengangkutan kayu secara tradisional yang dikenal dengan ''saradan'', yakni menggunakan tenaga sapi untuk mengangkut kayu jati yang telah ditebang ke kendaraan truk.


Sementara untuk pengangkutan ke TPK, biasanya menggunakan lori yang ditarik lokomotif dengan jaringan rel buatan tahun 1915. Paket akhir dari wisata loko tour adalah Gubug Payung. Di tempat ini, terdapat ratusan pohon jati alam yang usianya ratusan tahun . (Urip Daryanto-76)



No comments:

Post a Comment